HUJANBET – Jurus Jitu Kelola Risiko Investasi di Tengah Gejolak Pasar Saham

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin

Liputan6.com, Jakarta – Pasar saham tidak selalu bergerak naik, ada kalanya mengalami koreksi tajam yang membuat investor panik. Seperti yang terjadi baru-baru ini ketika IHSG anjlok, banyak investor yang terburu-buru menjual sahamnya karena panik dan ketakutan. Padahal, dalam situasi seperti ini, keputusan yang emosional bisa berujung pada kerugian lebih besar.

Panik dan takut merupakan respons manusiawi, terutama ketika melihat nilai investasi turun secara drastis dalam waktu singkat. Rasa takut kehilangan lebih banyak uang sering kali mendorong investor untuk mengambil keputusan impulsif, seperti menjual saham mereka dengan harga rendah tanpa mempertimbangkan prospek jangka panjang.

Hal ini dikenal sebagai panic selling, sebuah kondisi di mana investor menjual asetnya secara terburu-buru hanya karena kepanikan, bukan berdasarkan analisis yang matang.

Panik di Titik Terendah

Panic selling bisa berakibat buruk, karena sering kali terjadi di titik harga yang sudah sangat rendah, sehingga justru mengunci kerugian yang seharusnya masih bisa dipulihkan jika investor tetap bertahan. Padahal, dalam banyak kasus, pasar saham cenderung mengalami siklus dan berpotensi pulih dalam jangka waktu tertentu.

Sebaliknya, investor yang mampu mengendalikan emosinya dan memiliki strategi yang jelas akan lebih siap menghadapi volatilitas pasar, bahkan bisa memanfaatkan momen penurunan harga untuk mendapatkan peluang investasi yang lebih baik.

Oleh karena itu, penting bagi setiap investor untuk membangun mindset jangka panjang, tetap tenang saat pasar bergejolak, dan berpegang pada strategi investasi yang telah dirancang sebelumnya. Dengan begitu, keputusan investasi akan lebih rasional dan tidak terpengaruh oleh sentimen sesaat.

“Memiliki strategi yang tepat saat pasar anjlok atau terpuruk sangat penting untuk meminimalkan kerugian dan memaksimalkan peluang keuntungan dalam jangka panjang,” tegas Community & Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas, Angga Septianus, dikutip Kamis (3/4/2025).

Bakal Terus Berlanjut Usai Idul Fitri

Terlebih, kondisi pasar yang tengah volatil selama Ramadan ini, dengan potensi berlanjut hingga setelah Idul Fitri, menjadi tantangan tersendiri. Secara historis, setelah Lebaran pada 2021, 2022, dan 2024, IHSG mengalami koreksi pasca libur panjang. Menyikapi hal tersebut, Angga memberikan tips investasi saat pasar anjlok agar risiko dapat dikelola dengan lebih baik.

Langkah pertama yang perlu diambil adalah memastikan memiliki cadangan dana dalam bentuk cash atau setidaknya likuiditas yang cukup. Harga-harga saham yang turun tajam disertai ketidakpastian ekonomi bisa mempengaruhi keputusan ekstrim seperti terpaksa menjual saham dengan harga yang sangat rendah untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Cadangan cash yang cukup juga penting untuk membeli saham dengan harga lebih murah di waktu yang lebih tepat.

“Pastikan cash yang disediakan cukup untuk menanggung biaya hidup dalam beberapa bulan ke depan atau hingga kondisi pasar rebound untuk masuk lagi jika ada entry point menarik,” saran Angga.

 


2 dari 5 halaman

Saat asing keluar jangan buru-buru masuk

Ketika pasar anjlok sering kali ada berita bahwa investor asing sedang menarik dananya dari pasar lokal. Outflow ini menyebabkan tekanan lebih lanjut terhadap nilai tukar dan perekonomian domestik. Meskipun ada aliran keluar modal asing (capital outflow) yang bisa menjadi sinyal negatif sehingga harga-harga saham turun, jangan terburu-buru untuk masuk dan memborong saham.

“Perhatikan berita ekonomi global dan lokal serta proyeksi jangka pendek tentang potensi keluar-masuknya modal asing. Jangan panik dan lakukan riset mendalam sebelum mengambil keputusan, seperti melalui aplikasi IPOT besutan PT Indo Premier Sekuritas yang menyediakan src=data dan informasi untuk analisis fundamental secara komprehensif dan fitur chart lengkap untuk melakukan analisis teknikal dengan mudah,” jelasnya.

 

3 dari 5 halaman

Metode cicil investasi

Investasi di saat pasar anjlok itu berisiko, tetapi juga bisa menjadi peluang besar. Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan metode cicil atau Dollar Cost Averaging (DCA). Metode cicil diperlukan karena mencoba menebak waktu terbaik untuk membeli saham (timing market) sangat sulit, apalagi saat pasar sedang volatile.

Dengan metode cicil maka bisa membeli secara berkala tanpa terlalu khawatir tentang fluktuasi harga harian. Selain itu, ketika melakukan pembelian secara bertahap maka akan mendapatkan rata-rata harga yang lebih baik, karena membeli di berbagai titik harga yakni ketika harga tinggi maupun rendah.

 

4 dari 5 halaman

Pilih saham yang defensif

Pada saat pasar longsor saham-saham defensif seringkali menjadi pilihan yang lebih aman. Saham defensif adalah saham dari perusahaan yang cenderung memiliki stabilitas pendapatan, meskipun kondisi ekonomi sedang buruk. Contoh sektor defensif adalah sektor perbankan, barang konsumsi, kesehatan dan utilitas.

Perusahaan di sektor defensif biasanya masih dapat menghasilkan pendapatan yang cukup stabil, bahkan saat pasar sedang buruk saham-saham defensif cenderung lebih cepat rebound setelah penurunan pasar karena permintaan produk mereka tidak terlalu dipengaruhi oleh siklus ekonomi.

 

5 dari 5 halaman

Amati aliran dana asing (foreign flow)

Mengamati foreign flow atau aliran dana asing masuk dan keluar dari pasar saham sangat penting saat market anjlok. Aliran dana asing sering kali menjadi indikator penting tentang kepercayaan investor internasional terhadap ekonomi suatu negara. Aliran dana asing yang positif bisa mempercepat rebound pasar, sementara penurunan aliran dana asing bisa memperburuk kondisi pasar.

“Amati tren ini dengan seksama karena keputusan investasi asing bisa berdampak besar pada harga saham di pasar domestik,” tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *